Pengikut

[ Siaran Pers ]

Sabtu, 17 Oktober 2009, Jakarta. Hari ini puluhan petani yang tergabung dalam Aliansi Petani Indonesia melakukan Aksi Damai dalam bentuk teatrikal dan seni instalasi dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia. Aksi Damai ini dilakukan di Bundaran Tugu Tani, Menteng, Jakarta Pusat.

Aksi Damai ini dilakukan berkaitan dengan kondisi rumah tangga petani sawah dimana dalam tahun-tahun mendatang akan bertambah bebannya yaitu mahalnya biaya pupuk seiring dengan kenaikan pupuk (HET) sampai 80%, mahalnya tenaga kerja dipedesaan dikarenakan angkatan kerja produktif yang semakin langka, mahalnya sewa lahan akibat konversi lahan meningkat dan ancaman dampak dari badai El Nino dan La Nina yang akan mengurangi tingkat produktivitas tanaman padi.YGT

Pemerintah Indonesia dalam APBN 2010 telah mengalokasikan subsidi pupuk sebesar Rp 14,8 triliun. Angka subsidi itu terdiri atas subsidi harga pupuk sebesar Rp 11,3 triliun turun dari yang seharusnya 17,5 triliun, bantuan langsung pupuk (BLP) Rp 1,6 triliun dan subsidi unit pengolahan pupuk organik sebesar Rp 105 milliar.

Pengurangan subsidi ini akan memberikan dampak yang nyata bagi rumah tangga petani, sebab harga eceran tertinggi pupuk dipastikan akan naik. Kenaikan harga pupuk diperkirakan juga akan menyebabkan kelangkaan pupuk sebagaimana pada awal musim tanam di tahun 2009. Pengalaman menunjukkan, dengan adanya kelangkaan pupuk dan disertai dengan mahalnya harga menyebabkan turunnya produktifitas tanaman padi dan pada gilirannya akan mengakibatkan turunnya kesejahteraan petani.>

Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) tentang Gabah dan Beras merupakan mekanisme perlindungan terhadap nasib rumah tangga petani sawah dikarenakan kebijakan tersebut memastikan besaran keuntungan petani yang diterima sampai 30%. Selama ini, perhitungan HPP dikaitkan dengan tingkat inflasi, biaya produksi dan daya beli konsumen di perkotaan.

Berdasarkan Kajian dan Penelitian Lapangan yang dilakukan Aliansi Petani Indonesia (API) dan Koaliasi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) per Maret-Juni 2009 melalui juru bicaranya M Nur Uddin mengatakan, “HPP tahun 2009 belum memberikan insentif keuntungan yang nyata bagi petani sawah dikarenakan harga Gabah Kering Panen (GKP) selalu dibawah HPP”. Hal ini terjadi karena berlakunya dua jalur pembelian GKP melalui skema pembelian pemerintah dan swasta. Praktek pembelian GKP melalui sistem tebasan dan ijon yang dilakukan oleh aktor-aktor rantai perberasan dan dapat dipahami kemudian rendahnya daya tawar petani menjelang musim panen apalagi panen raya padi.

Dengan demikian, kenaikan HPP 20 % menjadi wajar dengan memahami permasalahan yang dihadapi petani akibat semakin mahalnya biaya-biaya produksi dan laju inflasi serta ancaman dampak dari perubahan iklim dengan adanya badai El Nino dan La Nina. Angka 20 % akan berkontribusi yang nyata terhadap tingkat kesejahteraan petani.

Diposting oleh Aliansi Petani Indonesia Kamis, 22 Oktober 2009

2 komentar

  1. Ezuca Says:
  2. Hello friend! I saw the link to your site from the other site, I never expected it was this beautiful! Your site's look-and-feel stands out! Reall nice!! Keep it up!! I hope we can exchange links...

     
  3. Koje Says:
  4. nice :)
    http://ekos06.student.ipb.ac.id

     

Posting Komentar

Aliansi Petani Indonesia

Subscribe here

Lagu-lagu Perjuangan Petani Organik API

Dokumentasi